Professional

Tangga Selanjutnya menjadi orang sukses setelah memulai langkah adalah menentukan orientasi pekerjaan. Di sini kejelian Anda sebagai pekerja, penjual di sebuah perusahaan, pemimpin, pengusaha atau apa pun profesi Anda Akan diuji.

Salah satunya adalah memandang produk. Produk hanyalah alat untuk meraih sukses. Ia bukanlah sukses itu sendiri. Ia bukan pula tujuan akhir dari semua proses kerja yang dilakukan orang. Meskipun tak dipungkiri produk memiliki arti penting bagi sebuah kesuksesan.

Kesuksesan yang kita raih bukan semata-mata karena bagus atau jeleknya produk yang dijual, tapi karena usaha keras yang kita jalankan sendiri. kesuksesan itu karena kita cukup percaya diri dengan produk kemudian mau jalan menawarkannya ke para rekanan bisnis, tanpa kenal putus asa. Kesuksesan datang karena kita menjalankan pekerjaan secara profesional.

Karena itu, tidak pada tempatnya jika kita menunjuk produk sebagai sumber dari semua kegagalan. Kurang bijak pula jika menyalahkan produk yang jelek sebagai biang keladi dari tertutupnya peluang untuk mendapatkan keuntungan dari client bisnis.

Mengapa? Sebab, di dunia ini, tidak sedikit orang sukses karena barang-barang yang jelek, reject, rongsokan. Di masa krisis ini, banyak orang menjadi kaya karena menjual mobil dan motor bekas, second. Saudara-saudara kita dari Madura banyak menjadi miliarder dari mengumpulkan besi-besi rongsokan yang notabene tidak dipakai dan dibuang orang.

Mereka sukses karena positif thinking terhadap sebuah produk. Mereka tidak pernha memikirkan fisik sebuah produk. Mereka berhasil mengubah sesuatu yang jelek, negatif di mata orang, menjadi sebuah peluang. Karenanya, mereka sukses meraup kekayaan yang tidak sedikit.

Apapun pekerjaan kita, sudahkah kita menghargai diri sendiri dengan menjalankan pekerjaan secara profesional? Sudahkah kita sebagai penjual pada sebuah perusahaan misalnya, rajin mendatangi para client bisnis menwarkan produk kita?

Jika kita belum dapat menghargai diri sendiri, maka jangan harap mendapatkan penghargaan dari orang lain. Boleh jadi cercaan, cibiran, bahkan hukuman yang justru kita terima. Itulah hukum kausalitas yang hidup di kita. (dikutip dari: Sabili edisi 29 Januari 2009)

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management